Telah pun berlalu kita berpuasa selama 12 hari dalam keadaan cuaca yang panas pada tahun ini. Pasti dalam keadaan cuaca seperti ini akan merasakan kehausan dan kelaparan lebih dari biasa. Adakah Allah mahu menzalimi hambaNya dengan berlapar dalam tempoh 14 jam dan mungkin lebih bagi negara tertentu. Ada hikmah yang besar mahu dianugerahkan oleh Allah pada hamba-hambaNya di saat kelaparan. Rasa lapar itu adalah salah satu bentuk ujian oleh Allah pada hambaNya untuk menguji keimanan.
firman Allah SWT:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Maksudnya: “Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( Al-Baqarah :155)
Imam al-Ghazali ada menyatakan di dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddin manfaat apabila perut kosong atau lapar.
Pertama, lapar dapat membersihkan hati dan meningkatkan kecerdasan. Menurut Al-Ghazali, rasa kenyang boleh membutakan hati dan mengepulkan ‘asap-asap’ di otak seseorang yang menyerupai mabuk sehingga memenuhi seluruh ruang dalam otak tersebut. Hal tersebut kemudian menyebabkan seseorang lambat dalam memahami sesuatu atau biasa dikenal dengan lola. (Ihya`, Jil. 3, h. 105)
Kedua, lapar dapat membuat hati menjadi lembut dan bersih yang menjadi lebih mudah untuk merasakan nikmatnya ketekunan dalam berzikir dan manfaatnya. Bagi Al-Ghazali, ini merupakan sebuah keistimewaan, mengingat betapa banyak orang yang lisannya berzikir namun hatinya tidak menghadirkan apa yang sedang diucapkan oleh lisan, yang mana hal ini bisa jadi disebabkan karena kerasnya hati. (Ihya`, Jil. 3, h. 106)
Ketiga, lapar dapat menyingkirkan kesombongan, perasaan bahagia, dan kekufuran yang menjadi awal dari perbuatan zalim dan membuat seseorang melalaikan ketetapan-ketetapan Allah. Bagi Al-Ghazali, tidak ada hal yang lebih efektif yang membuat seseorang dapat menaklukan hal-hal negatif tersebut daripada rasa lapar. (Ihya`, Jil. 3, h. 106)
Keempat, lapar dapat membuat seseorang tidak melupakan cubaan dan azab Allah, serta tidak melupakan mereka yang menerima ujian. Bagi Al-Ghazali, orang yang kenyang seringkali lupa terhadap nasib mereka yang diuji dengan kelaparan. Orang yang cerdas, ketika ia menyaksikan orang yang sedang diuji dengan kesusahan, ia menjadi ingat akan betapa susahnya nasib seseorang di akhirat, seperti rasa haus yang dialami saat di padang mahsyar atau laparnya penghuni neraka. (Ihya`, Jil. 3, h. 107)
Kelima, lapar dapat membuat seseorang mampu menaklukan syahwat maksiat dan mampu mengontrol nafsu ammarah (nafsu yang mendorong seseorang kepada hal negatif), dan inilah manfaat yang paling besar dari rasa lapar. Karena, bagi Al-Ghazali, akar dari perbuatan maksiat adalah syahwat dan kekuatan untuk memenuhinya, dan keduanya bersumber dari makanan. Sehingga, dengan mengurangi makan, maka seseorang sedang melemahkan syahwat dan kekuatan tersebut. (Ihya`, Jil. 3, h. 107)
Selain kelima hal tersebut, manfaat lain dari lapar adalah membuat seseorang tidak mudah mengantuk sehingga dapat ‘begadang’ untuk menghidupkan malam; menjadi lebih tekun beribadah; membuat badan lebih sehat dan terhindar dari penyakit baik fisik maupun hati; meminimalisir pengeluaran untuk bahan makanan; dan memungkinkan seseorang untuk dapat menyisihkan sebagian makanan yang kemudian disedekahkan kepada yang membutuhkan. (Ihya`, Jil. 3, h. 108-110)
Di samping manfaat yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali di atas, ada lagi banyak kelebihan berpuasa saat berlapar dari sudut kesihatan. Antaranya boleh memelihara diri dari pelbagai penyakit yang merbahaya serta boleh menurunkan berat badan jika menjaga pemakanan saat berbuka dan bersahur.
No comments:
Post a Comment